Jakarta, 03 Juli 2025 – Masyarakat Indonesia tengah menghadapi tekanan ekonomi yang mendorong perubahan signifikan dalam strategi pengelolaan keuangan. Berdasarkan laporan terbaru YouGov, banyak individu menyesuaikan cara mereka menabung, berutang, dan berinvestasi untuk merespons kenaikan biaya hidup yang terus berlanjut.
Survei daring terhadap 2.067 responden dewasa di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat semakin berhati-hati dalam mengambil keputusan finansial, lebih melek digital, dan mencari alternatif investasi yang stabil di tengah ketidakpastian ekonomi. Emas masih mendominasi sebagai pilihan utama, namun minat terhadap aset kripto juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil survei Consensys dan YouGov pada 2024 yang menunjukkan tingginya keterbukaan masyarakat Indonesia terhadap aset kripto. Survei terhadap 1.041 responden berusia 18–65 tahun itu mengungkap meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kripto di tengah menurunnya kepercayaan terhadap layanan keuangan tradisional.
CEO Tokocrypto, Calvin Kizana, menyatakan bahwa perubahan kondisi ekonomi turut mendorong masyarakat untuk lebih proaktif dalam mengelola keuangan pribadi. Alih-alih hanya mengandalkan tabungan konvensional, masyarakat kini mulai mencari alternatif yang dapat memberikan imbal hasil dan pertumbuhan nilai aset dalam jangka panjang.
“Kami melihat perubahan signifikan dalam mindset keuangan masyarakat. Di tengah tekanan biaya hidup, semakin banyak orang yang mulai mencari cara untuk mengembangkan aset, bukan hanya menyimpannya. Ini momentum penting untuk memperkuat edukasi finansial dan pemahaman tentang instrumen investasi, termasuk kripto,” kata Calvin.
“Situasi ekonomi saat ini membuat masyarakat mencari alternatif yang bisa membantu mereka menjaga dan menumbuhkan nilai kekayaan. Aset digital seperti kripto menjadi salah satu opsi yang dipertimbangkan karena bisa diakses lebih luas dan menawarkan potensi pertumbuhan yang menarik,” tambahnya.
Seiring meningkatnya adopsi kripto sebagai bagian dari strategi keuangan masyarakat, perdebatan tentang peran Bitcoin dalam sistem ekonomi kembali mencuat. Di media sosial, muncul anggapan bahwa Bitcoin adalah permainan zero-sum, di mana keuntungan satu pihak setara dengan kerugian pihak lain. Namun, pandangan ini dinilai tidak tepat, terutama jika melihat perkembangan ekosistem kripto yang terus menciptakan nilai baru di luar sekadar aktivitas jual-beli.
Calvin menegaskan bahwa Bitcoin bukanlah zero-sum game, melainkan positive-sum game, sebuah sistem yang memungkinkan semua pihak mendapatkan manfaat melalui partisipasi, inovasi, dan kolaborasi dalam ekosistem terbuka.
“Bitcoin bukan zero-sum game karena nilainya tidak hanya datang dari spekulasi, tapi dari kepercayaan, adopsi teknologi, dan fungsinya sebagai alternatif sistem keuangan. Dalam zero-sum, tidak ada penciptaan nilai. Tapi di kripto, ada inovasi, infrastruktur, edukasi, dan inklusi yang terus berkembang,” kata Calvin.
Menurutnya, pertumbuhan nilai dalam dunia kripto terjadi karena kontribusi kolektif dari para pengguna, pengembang, dan institusi yang terus membangun solusi berbasis teknologi blockchain. Hal ini menjadikan Bitcoin sebagai bagian dari sistem keuangan digital yang bersifat positive-sum, semakin banyak partisipan, semakin besar potensi nilai yang tercipta untuk semua pihak.
Calvin juga menyoroti bahwa ekosistem kripto memberikan peluang lebih luas, mulai dari pengembangan teknologi, adopsi DeFi (decentralized finance), hingga peningkatan literasi keuangan digital yang inklusif dan merata.
“Yang paling penting bukan hanya membeli kripto, tapi memahami prinsipnya. Kripto adalah tools. Kalau digunakan dengan benar dan bijak, ini bukan soal menang atau kalah, tapi soal menciptakan nilai baru,” tutup Calvin.
Artikel ini juga tayang di vritimes