Kuartal IV 2024 Jadi Titik Balik, Krakatau Steel Bidik Pemulihan Finansial 2025

3 minutes reading
Monday, 2 Jun 2025 14:08 0 2 Redaksi

Di tengah tekanan global dan penurunan kinerja tahunan, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS), di bawah Kementrian BUMN, menunjukkan sinyal pemulihan finansial yang menjanjikan pada kuartal IV-2024. Meskipun perusahaan kembali membukukan rugi bersih, data terbaru justru memberi harapan akan perbaikan fundamental di tahun 2025.

Laporan Keuangan Tahun Buku 2024 mencatat pendapatan sebesar USD954,59 juta (Rp15,42 triliun), turun 34,4% secara tahunan akibat tidak beroperasinya Pabrik Hot Strip Mill (HSM) 1 sepanjang tahun. Meski demikian, Krakatau Steel mampu mencetak laba bruto USD106,94 juta (Rp1,73 triliun) dan EBITDA positif USD6,63 juta (Rp107,17 miliar), menunjukkan operasional yang masih terkendali.

Yang lebih penting lagi, perusahaan berhasil meningkatkan margin laba kotor sebesar 344 basis poin dibanding tahun sebelumnya—indikator penting dari efisiensi operasional di tengah tekanan pendapatan. Kinerja kuartal IV pun tercatat sangat positif, meski tidak banyak terekspos dalam pernyataan resmi perusahaan.

“Sayangnya, performa positif Krakatau Steel di kuartal IV-2024 tidak diangkat secara eksplisit. Padahal ini bisa jadi sinyal kuat untuk kebangkitan di 2025,” ujar Marolop Alfred Nainggolan, Managing Partner PT Koneksi Kapital Indonesia.

Tekanan Eksternal dan Beban Keuangan

Rugi bersih tahun 2024 tercatat sebesar USD148,42 juta (Rp2,4 triliun), terutama disebabkan oleh beban keuangan tinggi yang mencapai USD153,65 juta (Rp2,48 triliun) dan kerugian dari entitas asosiasi serta ventura bersama sebesar USD49,68 juta (Rp802,66 miliar). Beban ini diperparah oleh pelemahan nilai tukar rupiah dan dampak makroekonomi global, termasuk sentimen negatif dari perang tarif AS terhadap ekspor baja.

“Harga saham KRAS yang sempat menyentuh Rp79 per lembar bukan hanya mencerminkan kerugian, tetapi juga ekspektasi pasar yang lebih buruk dari masa rugi panjang 2012–2019,” tegas Alfred.

Namun demikian, ia menilai bahwa prospek pemulihan sangat terbuka, terlebih dengan adanya efisiensi biaya yang sudah terlihat pada 2024 dan potensi produksi yang meningkat di 2025.

HSM 1 Kembali Beroperasi, Produksi Siap Meningkat

Salah satu pendorong optimisme terbesar adalah rencana operasional kembali Pabrik HSM 1 pada 2025, dengan kapasitas produksi hingga 2,4 juta ton Hot Rolled Coil (HRC) per tahun. Sepanjang 2024, Krakatau Steel beroperasi tanpa pabrik strategis ini, sehingga pembukaan kembali fasilitas tersebut diperkirakan akan mendorong lonjakan produksi secara signifikan—dan pada akhirnya memperkuat arus kas serta pendapatan.

Diversifikasi Bisnis Jadi Penopang

Transformasi Krakatau Steel tidak hanya mengandalkan sektor baja. Perusahaan secara aktif mengembangkan lini bisnis lain melalui subholding di sektor kawasan industri, pelabuhan, logistik, energi, dan pengelolaan air industri. Pendekatan diversifikasi ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menciptakan sumber pendapatan baru yang lebih stabil.

Meski masih mencatatkan kerugian, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang dipimpin oleh Akbar Djohan sebagai Direktur Utama menunjukkan kemajuan dalam efisiensi dan kestabilan operasional. Kinerja positif kuartal IV-2024, rencana reaktivasi HSM 1, serta fokus pada diversifikasi bisnis menandai babak baru dalam strategi pemulihan finansial perusahaan.

Jika strategi efisiensi dan ekspansi ini berjalan sesuai rencana, 2025 bisa menjadi tahun titik balik Krakatau Steel untuk kembali ke jalur profitabilitas dan meraih kepercayaan investor. (*)

Artikel ini juga tayang di vritimes

LAINNYA